Minggu, 09 November 2008

Puisi Cinta

Mencintaimu
Mencintaimu bukanlah sebuah pilihan
Sebab hati tak mampu berpikir seperti logika
Datang tiba-tiba… hasrat ingin selalu berdua
Mencintaimu adalah rasa yang indah
Mereka hanya bisa melarang tanpa mengerti
Mereka hanya menolak tanpa berpikir bijak
Mereka hanya tak mau tanpa menelusuri kedalaman batinku
Mereka hanya bisa berpikir menurut mereka
Mencintaimu adalah sebuah karunia
Meski kau ada dunia juga tak selalu indah
Mencintaimu bangkitkan semangat sepenuh jiwa
Hadapi hari-hari yang tak selalu cerah
Semoga kelak mereka mampu mengerti
Semoga kelak mereka dapat menjadi bijak
Semoga kelak terbuka hati nurani
Semoga kelak terbuka pintu bahagia seutuhnya



Perahu Cinta
Belum sempat kita menepi di tujuan
Saat masih lelah kumendayung kehidupan
Membawamu… ke pulau impian
Tiba ombak menerjang coba pisahkan
Walau pelan kudayung perahu kita kesana
Meski letih dan tersengat mentari kau tak bertanya
Kau percaya… denganku katamu bahagia
Lalu badai mencoba hapuskan ingin bahagia
Kita tetap ada… berdua di atas perahu cinta
Meski terkadang lelah, tak terucap berpisah
Ombak pernah membuat lemah, badai membuat goyah
Tapi kesungguhan hati menggapai mimpi kuatkan kita

Sabtu, 08 November 2008

Puisi Dramatis

Pengayuh Roda Tiga


Di bawah terik matahari

Di keramaian jalan raya

Dia berteduh di kendaraan pribadinya

Merasakan sejuknya angin yang menari

Satu jam, dua, tiga, atau bahkan empat jam engkau rela menungu sang raja

Menunggu.. dan menunggu…

“Bang… Bisa antar Saya?” Kata seorang wanita muda

“Iya… Mau kemana Buk?” jawabnya

“Saya mau ke pasar Pak? Ongkosnya berapa?” Balas wanita itu

Lima ribu Buk.”

Ia mengayuh dengan sekuat tenaga…

Keringat menetes

Panas Matahari menyengat kulitnya

Pelan dan pelan…

Menuju tempat yang di inginkan sang raja

Mataharipun mulai menghilang

Ia pulang dengan hasil mengayuhnya hari ini

Satu buah kantong plastik dan dua buah bungkus nasi di dalamnya

Tak lupa ia bawa kerumah

Untuk Istri dan seorang anaknya yang menunggunya sejak tadi

Meski Ia seorang abang becak

Ia tidak menyerah…

Ia selalu menunggu sang raja untuk esok

Selalu mengayuh

Demi istri dan anaknya di rumah.

Dengan harapan…

Esok akan lebih banyak yang ia antar.

Puisi Epis

DIMANA ELOKMU KINI


Aneh…

Dulu kau tak seburuk ini

Dulu kau tak sekotor ini

Dulu kau tak serusak ini

Kala itu kau begitu elok

Terawat… Terpelihara…

Aku suka keindahanmu….

Aku suka suara ombak yang kau desirkan

Aku suka melihat butiran-butiran pasirmu

Tapi itu dulu

Ada apa pantaiku….

Dimana elokmu kini

Akankah waktu bisa menghapusnya

Menghapus kenanganku…

Kenangan indahku…

Kalau ia…

Kecewalah jawabku….

Puisi Liris

Pesan Untuk Minyak Tanah


Kami butuh engkau

Setiap hari kami tak lepas dari engkau

Tapi….

Apakah aku salah

Apakah kami salah

Hargamu semakin menggila

Tak lagi terjangkau saudara-saudaraku di sana

Engkaupun semakin langka

Tak lagi peroleh saudara-saudaraku disana

Minyak Tanah

Maafkan kami jika kami salah

Apabila kami semena-mena kepadamu

Aku tak bisa membayangkan

Apabila kau tiada

Pakai apa Emak masak hari ini… Esok….

Bagaimana dengan anak cucu kami…

Apakah mereka nanti bisa melihat sosokmu seperti sekarang ini

Satu kata yang mungkin kau senang mendengarnya…

“ Aku Akan Menghematmu ”


 
Puisi © 2007 Template feito por Templates para Você